Terpikir untuk mengakhiri saja, Meninggalkan berjuta harapan dengan satu waktu. Lalu memulai kembali menautkan mencari hati.. Yang mungkin terbuka untuk lebih memahami...
***
Semakin lama, ternyata semakin terasa. Sisa-sisa hujan di musim kemarau yang menyejukkan itu kembali hilang, meninggalkan kemarau yang membutuhkannya. Sesekali datang untuk menyegarkan, tapi sering kali pergi menghilang.
Dia selalu datang tanpa permisi dan pergi tanpa pamit. Setahun sebulan lewat sekian hari kemarau masih berharap. Dan sepertinya harapan kian akan panjang. Janji datang, sang hujan mengacaukannya. Seharusnya hujan tidak berjanji, dan kemarau tidak berharap. Itu aku rasa seharusnya.
Mengindahkan kata-kata langit pada suatu sore, kemarau termenung. Ia agak mendung. Tetapi rupanya di hatinya tetap ada hujan. Pernah angin bertanya, mengapa kemarau selalu menantikan hujan? Padahal, angin bersedia mengantarkannya pada salju.
Terus angin bertanya...
Suatu ketika kemarau berfikir, mungkin salju akan rutin menemaninya.
Kemarau beranjak, angin dengan lembut mempersiapkan segalanya.
Tetapi, tiba-tiba hujan kembali datang... Angin tak kuasa menahan keharuan, ia pergi menemui salju sendiri.
Kemarau dan hujan berganti. Kemarau tersenyum, ia memberi kesegaran. Tapi tidak lama kemarau tersenyum, ia sekarang semakin tahu bahwa hujan akan tetap tanpa permisi datang dan tanpa pamit pergi..
Kemarau ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar